PBV dan PER
![Gambar](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjB9No9fTHAlo7NbyN0cCStgv2A9954iQ6T2nM0tA6whkbtlMgh65FURJ0s0CReLU1GNj2uO8qeL3BAZsIwF6BoSTlrt9-9zhEiN8uFQSDVUCxAYGTf-9VAoprfWayZHhDsfofZ9ouppGM/w433-h308/pbv1.png)
Dua rasio paling penting dalam analisis fundamental yang sering digunakan untuk memilih dan merekomendasikan saham adalah price to earnings ratio (PER) dan price to book value (PBV). Saya sudah menulis beberapa artikel tentang PER di kolom ini. Kali ini saya akan fokus pada rasio PBV. Di kalangan investor, PBV lebih diandalkan untuk menilai menarik tidaknya saham-saham di sektor keuangan, seperti bank, perusahaan sekuritas, perusahaan pembiayaan dan asuransi. Aset industri ini sebagian besar bukan dalam bentuk aset tetap, tetapi berupa aset finansial, seperti tagihan, investasi dan kredit. Saham dengan PBV tinggi mencerminkan besarnya optimisme investor akan prospek usaha dan profitabilitas emiten tersebut di masa depan. Sebaliknya, investor memandang saham-saham ber-PBV rendah dengan pesimisme. Berdasarkan analisis PBV, saham yang layak dibeli adalah saham dengan PBV rendah dibandingkan rata-rata industrinya dan rata-rata PBV emiten tersebut lima tahun terakhir. Namun, lain